Thursday, 30 January 2014

Dongeng Klasik Jepang : Burung Gereja yang Lidahnya Terpotong

 Passer domesticus
Alkisah, hiduplah seorang petani tua yang memiiki istri yang memiliki istri yang sangat kejam dan pemarah. Mereka tidak mempunyai anak, maka si Petani Tua memelihara seekor burung gereja. Ia sangat menyayangi burung kecil itu. Setiap kali puang dari bekerja, ia mengelus-elus dan berbicara dengannya sampai waktu makan malam tiba. Lalu ia akan memberi makan burung kecil itu dari mangkuknya sendiri. Ia memperlakukan burung gereja itu seperti anaknya sendiri.

Sebaliknya, istrinya tidak pernah memperlihatkan perilaku yang baik pada orang lain atau makhluk lain. Ia sangat tidak menyukai si Burung Gereja dan selalu memarahi suaminya karena memelihara hewan yang merepotkan di rumah mereka. Ia menjadi cepat marah setia kali harus mencuci karena ia tidak suka bekerja keras.

Pada suatu hari ketika si petani Tua bekerja di ladang, perempuan tua itu bersiap untuk mencuci. Ia telah membuat kanji dan mendinginkannya di sebuah mangkuk kecil. Ketika ia membalikkan tubuhnya, si Burung Gereja hinggap di bibir mangkuk dan mematuki kanji itu. Ketika si Perempuan Tua melihat apa yang dilakukan si Burug Gereja, ia menjadis angat marah, lalu mengambil gunting dan langsung memotong lidah si Burung Gereja ! Setelah itu ia melemparka si burung Gereja ke udara sambil berteriak "Enyah kau dari sini, burung sialan !". Burung kecil yang malang itu akhirnya terbang ke hutan.

Tidak lama setelah itu si Petani Tua pulang dan melihat burung gerejanya lenyap. Ia terus mencari tetapi tidak berhasil menemukan burungnya. Akhirnya istrinya menceritakan apa yang sudah dilakukannya. Si Petani Tua sedih sekali. Keesokan harinya ia pergi ke hutan untuk mencari burung gerejanya. Sambil berjalan, ia terus memanggil-manggil, "Di mana kau burung gereja kecil ? Di mana kau burung gereja kecil ?"

Tiba-tiba burung gereja itu terbang di atas si Petani Tua. Ia mengenakan kimono seorang perempuan cantik dan berbicara dengan bahasa manusia. "Tuanku yang baik," kata si Burung Gereja. "Kau pasti sangat letih. Silakan datang ke rumahku untuk beristirahat."

Ketika si Petani Tua mendengar burung gereja berbicara, ia tahu burung itu pastilah peri burung. Si Burung gereja ternyata memiliki banyak anak betina, yang segera menyiapkan pesta bagi si Petani Tua dan menyajikan makanan dan minuman lezat. Empat dari anak-anak betina burung gereja menyajikan Tarian Burung Gereja yang sangat indah. Mereka menari dengat sangat gemulai sehingga si Petani Tua ikut bertepuk tangan dan menyanyi.

Tanpa sadar, matahari mulai tenggelam. Ketika si Petani Tua melihat hari semakin gelap ia berkata bahwa ia harus segera pulang karena istrinya pasti sangat mengkhawatirkannya. Si Burung gereja memintanya untuk tinggal lebih lama. Sebenarnya si Petani juga merasa senang di sana sehingga tidak ingin pulang. Tapi ia lalu berkata "Tidak, aku benar-benar harus pulang."

"Baiklah kalau begitu," kata si Burung Gereja, "karena kau sangat baik padaku, akua kan memberimu hadiah untuk kau bawa pulang."

Si Burung gereja mengeluarkan dua buah keranjang, yang satu sangat besar dan berat, sementara yang lainnya kecil dan ringan. "Silakan pilih," kata si burung Gereja. Si Petani Tua dengan senang hati memilih keranjang kecil dan beranjak pulang.

Ketika ia tiba di rumah, si Petani tua menceritakan semua yang terjadi pada istrinya.Mereka pun membuka keranjang. Ternyata keranjang itu berisi benda-benda berharga seperti emas, perak, berlian, batu rubi, koral, dan koin. Semuanya cukup bagi mereka untuk hidup mewah selamanya.

 Si Petani Tua sangat bersyukur mendapat harta benda itu, tapi si Perempuan Tua menjadi marah. "Kau bodoh !" katanya. "Mengapa kau tidak memilih keranjang yang besar ? Kita bisa mendapatkan jauh lebih banyak daripada ini. Aku akan pergi ke rumah burung gereja untuk mengambil keranjang yang lainnya !"

Si Petani Tua memohon kepada istrinya agar tidak serakah dan mengatakan bahwa yang mereka dapatkan ini sudah cukupkan. Tetapi si Perempuan Tua tetap ngotot. Ia mengenakan sandal jeraminya dan pergi ke rumah burung gereja.

Setibanya di rumah si Burung Gereja, si Perempun Tua bicara dengan sangat ramah kepada si Burung Gereja. Si Burung Gereja mengundangnya masuk ke rumahnya dan menyuguhkan teh. Ketika si Perempuan Tua berdiri untuk berpamitan pulang, si Burung Gereja kembali mengeluarkan dua buh keranjang besar dan kecil, lalu menyuruh si perempuan Tua itu meilih salah satu sebagai hadiah. Si Perempuan Tua mengambil keranjang yang besar. Keranjang itu besar sekali, ia hampir tidak kuat mengangkatnya. Tapi ia berusaha membawanya pulang.

Ketika ia hampir tiba di rumah, keranjang itu menjadi semakin dan semakin berat. Si perempuan tua mulai bertanya-tanya harta benda apa yang ada di dalam keranjang itu. Akhirnya ia duduk di tepi jalan untuk beristirahat. Rasa ingin tahunya menjadi semakin besar. Ia harus membuka keranjang itu !

Keranjang itu terbuka dan dari dalamnya keluarlah segala jenis benda dan hewan kecil menjijikkan yang mengenai tubuhnya. Ia sangat ketakutan. Si Perempuan Tua terlonjak dan berlari pulang secepat-cepatnya. Ia lalu menceritakan semuanya pada semuanya dan berkat "Aku berjanji tidak akan jahat dan rakus lagi !" Tampaknya ia sudah jera, karena karena setelah itu ia menjadi sangat baik dan selalu membantu si Petani Tua dan memberi makan burung-burung yang terbang memasuki halamannya.

No comments: